Melahirkan dan memiliki seorang
bayi mungil adalah saat-saat yang membahagiakan bagi setiap pasangan baru. Saya
masih ingat betul awal-awal perjuangan saya untuk memberikan ASI eksklusif pada
si kecilku yang menggemaskan. Semua ibu pasti dihadapkan pada berbagai kondisi
di saat awal-awal menyusui. Ada yang ASI nya langsung lancar, ada yang belum
keluar ASI walaupun si baby telah
lahir, ada yang keluar ASI namun dalam hitungan minggu sudah tidak produksi
lagi, dsb.
Berdasarkan pengalaman pribadi,
aku termasuk ibu menyusui yang mengeluarkan ASI sejak bayiku terlahir. Di awal
kelahirannya dia langsung dapat menyusu padaku. Dua hingga tiga bulan awal masa
menyusui semua berjalan lancar. Hingga pada akhirnya aku harus kembali bekerja
karena masa cutiku telah habis. Setiap hari aku berangkat pagi dan pulang di siang
harinya. Aku pikir tidak aka nada kendala dengan kebiasaanku menyusui mengingat
aku juga memiliki stok ASI di kulkas. Merasa stok ASIP cukup banyak dan merasa kelelahan
setelah pulang bekerja membuatku malas untuk memompa ASI. Hingga pada suatu hari aku merasa ada
yang berbeda dengan produksi ASI ku. Si kecil sering menangis saat meminumnya
dan ketika ku pijit untuk mengecek apakah ada produksi asi ternyata ASI yang
keluar tidak sebanyak sebelumnya. Hal inni terjadi pula saat aku memompanya. Produksi
ASI sebelah kiri lebih sedikit dibandingkan
ASI sebelah kanan. Bahkan hingga capek memompa yang keluar hanya kurang
dari 50 ml. padahal sebelumnya sekali pompa bias menghasilkan 50 ml bahkan
lebih. Lama-kelamaan aku merasakan nyeri pada payudara sebelah kiri, jika disentuh
rasanya cenderung panas, kulitnyapun terlihat agak memerah, jika tersenggol
saat menggendong si kecil rasanya nyeri sekali.
Ketakutan muncul pada diriku. Bukan
karena sekedar sakit ini namun hal terbesar yang ku takuti adalah bagaimana
kondisi anakku jika ASIku tidak keluar. Saat nyeri itu semakin terasa dan semakin
keras pula pada bagian yang nyeri, aku mencoba menghubungi teman-temanku yang
berkecimpung di bidang kesehatan. Di samping itu aku juga tidak henti-hentinya
mencari tahu informasi tentang sakitku ini melalui artikel-artikel di google.
Berdasarkan informasi dari teman
dan artikel yang ku baca, akhirnya aku mengambil langkah sederhana yaitu
mengompres pada bagian yang sakit dengan air hangat. Ku masukkan air hangat di
dalam botol kaca, lalu kuberi alas kain tipis agar tidak terlalu panas saat
menempel di kulit. Selain itu aku juga memijat-mijatnya. Alhamdulillah ASI yang
keluar bertambah walaupun hanya sedikit. Namun gejala-gejala yang ku rasakan
tidak kunjung reda. Hingga suatu sore setelah satu minggu aku mulai mengompres
dan memijitnya, aku melihat ada bulatan kuning yang dilapisi kulit tipis. Aku langsung
gemetar dan merasa takut. Keesokan paginya aku langsung ke dokter terdekat dan
aku diberi obat penghilang nyeri. Dan dokter itu bilang bahwa cairan kuning ini
nanti akan pecah. Tidak perlu menunggu lama ternyata sore harinya terjadilah
hal itu. Pada dasarnya aku adalah orang yang takut sakit. Sehingga saat melihat
luka ku untuk kubersihkan aku selalu gemetar dan tiba-tiba menangis dan tidak
berani menyentuhnya. Merasa semakin terpuruk, akhirnya aku memutuskan untuk
pergi ke dokter bedah.
Sebuah perjuangan yang penuh
dengan pertimbangan. Pada awalnya aku pergi ke seorang dokter bedah yang cukup
ternama di kotaku. Namun aku terkejut dengan saran yang diberikannya. Beliau menyarankanku
untuk menghentikan produksi ASI dan langsung melakukan oprasi bedah pada
payudaraku. Saat itu yang membuatku tidak menindaklanjuti saran beliau adalah
satu poin yaitu aku harus menghentikan produksi ASI. Padahal dari hasil membaca
dan diskusi dengan teman-teman dan dokter yang ku datangi, sakit ini bisa sembuh
tanpa menghentikan ASI dan tanpa dibedah. Akhirnya aku mencoba mencari dokter
yang lain. Dokter kedua menyarakan cukup dipencet saja pada luka yang
mengandung ASI yang telah terinfeksi, kalu istilah jawanya cukup diplothot saja seperti perlakuan pada bisul. Akhirnya sesampainya
di rumah aku langsung dibantu saudaraku untuk membersihkan luka ini. Keesokan
paginya aku tetap ingin mencoba ke dokter lainnya lagi. Dan ternyata yang
disampaikan dokter ketiga sama dengan dokter kedua bahwa luka ini cukup
dibersihkan saja. Di dokter ketiga inilah aku mendapatkan saran-saran secara
rinci dan mendapatkan obat yang sesuai hingga sakitku sembuh dan menutup.
Jadi, jika kita terkena sakit ini
atau yang biasa dikenal dengan sebutan mastitis, janganlah berkecil hati dan
putus asa. Pergilah ke dokter yang tepat dan dapatkan cukup informasi tentang
mastitis ini. Karena beda dokter beda pengetahuan, beda pengalaman dan beda
penanganan. Sebagai tindakan preventif rutinlah memompa ASI agar ASI Anda tidak
tersumbat sehingga anda terhindar mastitis. Jika merasa produksi ASI menurun,
segera di cek adakah bagian yang mengeras dari payudara Anda saat masa-masa
menyusui. Jika iya, maka segeralah ambil tindakan pertolongan pertama, yaitu
mengompres, memompa dan memijatnya. Inilah langkah-langkah yang saya ambil
berikutnya setelah sakit ini sembuh.
Tetap semangat dan terus berjuang
demi buah hati dan kesehatannya, daaaaaa…., info mastitis lebih lengkap bisa
dibaca di postingan berikutnya.
saya edi blogger yogya nomor wa 08993780055 harap wa saja ,saya membutuhkan blogspot bekas anda untuk saya isi artikel tolong bantu saya mengembangkan blog yang terkena banned sudah 3 tahun rusak
ReplyDeletesaya edi blogger yogya nomor wa 08993780055 harap wa saja ,saya membutuhkan blogspot bekas anda untuk saya isi artikel tolong bantu saya mengembangkan blog yang terkena banned sudah 3 tahun rusak
ReplyDeletesaya edi blogger yogya nomor wa 08993780055 harap wa saja ,saya membutuhkan blogspot bekas anda untuk saya isi artikel tolong bantu saya mengembangkan blog yang terkena banned sudah 3 tahun rusak
ReplyDelete